"Besok ulangan , Ya "
Tentu Anda sebagai guru pernah memberikan pengumuman seperti itu..
Pernahkah Anda mengamati bagaimana respon mereka?Adakah diantara mereka yang berteriak kegirangan, atau menunjukan antusiasme dan rasa gembira? Selama saya menjadi guru, belum terlihat sih respon seperti itu. Yang ada adalah raut wajah, bete, datar bahkan sebagian tampak kecewa, seakan-akan mereka baru mendengar kabar buruk yang akan menimpa mereka.
![]() |
Sumber foto: Pribadi Penulis |
Mudah-mudahan itu hanya pengalaman saya saja, dan bukan pengalaman Anda.
Setelah pengumuman itu, satu dua anak yang nyeletuk.
"Pak, soalnya pilihan ganda? "
"Ada eseinya gak, Pak? "
Dari pertanyaan seperti itu, siswa sudah bisa menebak, kalau ulangan berarti menjawab soal pilihan ganda. Benar, ulangan selalu identik dengan menjawab soal pilihan ganda, karena guru memang tak memberi pilihan lain.
Kekecewaan siswa, sebenarnya kekecewaan saya juga. Terutama setelah selesai ulangan. Meski telah mencoba merancang soal semudah mungkin, hasilnya jauh dari ekspektasi. Sayangnya, saya ikut menambah kekecewaan mereka dengan mengumkan peroleh nilai. Alih-alih memberi motivasi agar lebih baik belajar, cara itu malah mempermalukan sebagian siswa.
Hasil dan ulangan yang tidak sesuai dengan ekspektasi itu yang mendorong saya melakukan refleksi. Hasil refleksi itu kemudian mendorong saya melakukan penilaian dengan beragam cara.
Sebuah tulisan seorang guru di Komunitas Guru Belajar tentang asesmen, menjadi awal mulai mengubah ulangan harian menjadi model asesmen. Asesmen adalah cara menilai yang tidak hanya melihat hasil di akhir, tapi juga diawal, selama proses dan setelah pembelajaran. Asesmen memungkinkan guru memberi penilaian secara berkesinambungan..
Menariknya, asesmen memiliki ragam cara yang tidak hanya terpaku pada satu cara, yaitu dengan ulangan tulis saja. Asesmen bisa dalam bentuk pameran karya, proyek , atau portofolio. Ragam cara yang memungkinkan siswa dan guru menilai siswa lebih adil dan fleksibel sesuai dengan kemampuan siswa. Setidaknya ada beragam pilihan yang membuat siswa tertantang.
Setelah memahami ragam dan tujuan asesmen, saya menerapkannya dalam proses pembelajaran. Diawal dengan memberikan paparan tentang hasil refleksi, hal-hal yang membuat siswa memperoleh nilai yang kurang memuaskan, serta perlunya siswa melakukan cara lain untuk menunjukkan kemajuan belajar.
Salah satu bentuk asesmen misalnya, memberikan mereka tugas projek sesuai dengan tujuan pembelajaran. Hasil yang diperoleh relatif lebih baik. Setidaknya saya bisa melihat kompetensi siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Hasil dari kegiatan asesmen bukan sekali jadi, siswa diberi kesempatan untuk memperbaiki melalui umpan balik yang saya berikan.
Jadi, setelah saya memahami dan mempraktikkan asesmen, saya jarang membuat pengumuman kejutan seperti yang saya tulis di awal.
Untuk memahami lebih dalam dan lebih jelas, Anda bisa membaca modul tentang "asesmen formatif merdeka belajar". Kabar baiknya saat ini disediakan diskon menarik selama TPN 9. Hmmm...penasaran kan?
Jadi, ayo buruan akses modulnya di sini ya https://bit.ly/modultpn9ia.
Post a Comment